Masyarakat kembali dihebohkan dengan fenomena Dimas kanjenag taat pribadi. Seakan-akan tidak ada hari tanpa pemberitaan terkait dimas kanjeng taat pribadi, para pengikutnya dan juga padepokannya. Jelas-jelas pimpinannya sudah tertangkap dan latar belakang dari ditangkapnya pun sudah meluas, namun beberapa dari pengikutnya (klien-nya mungkin lebih tepat) masih setia dan masih berharap permufakatan semula dia bergabung (tergandanya uang yang telah disetorkan) akan terwujud. Tentunya dari ribuan klie-nya tersebut beragam latar belakang pendidikannya. Kalau pendidikan formal dan pendidkan agamanya rendah mungkin masih dapat dimaklumi. Tetapi kalau pendidikannya tinggi masih tertipu (terpesona) oleh hal-hal semacam itu, ini namanya sudah keterlaluan (kata Rhoma Irama). Yang lebih mengherankan lagi adalah bahkan ketika praktek penipuan yang dibungkus dengan kegiatan keagamaan ini sudah terbongkar, sebagian dari orang-orang itu masih tetap mendukung dan tetap setia kepada Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Penipuan semacam ini sudah sering terjadi di masyarakat kita. Mungkin sudah terlalu banyak. Hanya yang besar-besar saja yang terangkat ke permukaan, seperti kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi dengan Padepokannya ini. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa begitu banyak orang mudah tertipu oleh metode semacam ini (penggandaan uang). Di bawah ini adalah beberapa faktor yang membuat orang terjebak sebagai korban penipuan ;
Rendahnya Kemampuan Membaca Karakter Orang
Saya sangat terkesan sekali atas cerita Bapak Mahfud MD terkait Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini, sewaktu wawancara di sebuah stasiun TV. Beliau bercerita pernah mengunjungi Padepokan Dimas Kanjeng yang di Probolinggo atas ajakan Marwah Daud yang mengatakan bahwa Dimas Kanjeng adalah Kyai Besar di Jawa Timur. Sesampainya di sana, pak Mahfud dalam sebuah pertemuan banyak orang langsung diklaim oleh Dimas Kanjeng sebagai murid. Menurut Pak Mahfud, kalau dia benar-benar kyai tidak akan melakukan hal itu, dan juga menurut menurut Mahfud MD, pelafalan huruf-huruf Arab Dimas Kanjeng tidak menggambarkan seorang yang pantas disebut kyai. “Dia lah yang pantas menjadi muridku, bukan aku yang menjadi muridnya,” begitu kira-kira kata Mahfud MD. Kesan yang timbul dari cerita tersebut adalah bahwa kemampuan membaca karakter orang lain dan logika yang dimiliki oleh Pak Mahfud MD membuat beliau tidak bisa dimanipulasi oleh Dimas Kanjeng.
Apakah bisa kemampuan membaca karakter orang diasah? Jawabnya adalah bisa, tergantung dari yang bersangkutan ada niatan untuk itu atau tidak.
Apakah bisa kemampuan membaca karakter orang diasah? Jawabnya adalah bisa, tergantung dari yang bersangkutan ada niatan untuk itu atau tidak.
Ego yang tinggi.
Dalam bahasa sehari-hari ego dapat diartikan sebagai rasa bangga akan diri sendiri. Orang yang mempunyai ego yang tinggi tetapi tidak mempunyai kemampuan baik dalam membaca karakter orang lain apalagi ditambah dengan logika yang tidak jalan, maka akan mudah sekali terjebak menjadi korban penipuan. Dalam kasus ini wanita lebih banyak memiliki ego yang tinggi dibandingkan laki-laki. Orang-orang yang memiliki ego yang tinggi jika diberi sedikit pujian dan tantangan, maka ia secara tak sadar sudah masuk perangkap. Orang yang ber-ego tinggi jika diberi pujian dalam hatinya berkata “Saya memang seperti itu,” jika diberi tantangan dalam hatinya berkata; “Jangan sampai saya kalah, jangan sampai saya tidak bisa”
Apakah kita dapat merendahkan ego kita yang tinggi? Jawabannya adalah juga bisa.
Apakah kita dapat merendahkan ego kita yang tinggi? Jawabannya adalah juga bisa.
Logika tidak jalan.
Logika tidak jalan bisa disebabkan oleh yang bersangkutan tidak berpendidkan tinggi, wawasannya kurang luas atau bisa juga disebabkan oleh gendam. Lha logika itu apa? Menurut M. Tri Indarto Sholihin /koleksi (Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang) dalam salah satu artikelnya di Kompasiana.com ; “Logika adalah Ilmu tentang Argumen. Tujuan dari Logika adalah membangun metode-metode bagaimana mengkontruksikan argumen kita sendiri dan juga bagaimana menganalisa argumen orang lain.” Di Wikipedia.com di tulis ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat dan teratur.
Mudah Percaya
Sifat mudah percaya ini juga bisa menjadi sebab seseorang terperangkap sebagai korban penipuan. Lalu apakah harus dihilangkan sifat ini? Bukankah sifat mudah percaya ini berawal dari prasangka baik (husnudzon) yang merupakan akhlak yang terpuji. Menurut motivator kondang Pak Mario Teguh, sifat mudah percaya ini tidak perlu dihilangkan. Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki cara kita mempercayai orang. “Kuatkanlah kebaikan di hatimu, agar engkau cepat mengenali kebaikan sesama, dan dengannya engkau cepat juga mengetahui niat buruk orang lain.” Katanya.
Sampai di sini dulu. Semoga bermanfaat. Jika ada yang mau menambahkan dipersilahkan.
Dari berbagai sumber
0 komentar:
Post a Comment