Bubur Suro. Orang jawa pasti sudah akrab dengan makanan khas bulan suro atau Muharam ini. Disebut bubur suro karena bubur itu membuatnya di bulan suro dan tujuannya untuk disedekahkan kepada para tetangga atau sanak famili. Bubur Suro atau ada juga yang menyebutnya bubur suran memang tidak bisa dipisahkan dengan Bulan Suro (Muharam), karena sejatinya sedekah bubur suro adalah sebagai perwujudan rasa syukur umat Islam (Khususnya di Jawa) terhadap berbagai peristiwa penting sejarah umat manusia bahkan sejak nabi Adam as. Bubur suro adalah kuliner yang dipakai sebagai symbol atau lambang untuk memperingati hari besar (bulan besar) yaitu Suro atau Muharam. Tidak beda dengan ketupat yang pernah ketinggalan ketika merayakan Idul Fitri. Kalau orang Tionghoa ada juga kue Keranjang untuk merayakan hari raya Imlek.
Legenda Bubur Suro
Beberapa sumber mengaitkan tradisi bubur suro di Jawa ini dengan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada bulan Muharam. Salah satunya adalah di bawah ini ;
Dikutip dari status ustadz Yusuf Jufri ;
Dalam kitab Bada`iuzuhur karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas al-Hanafiy , halaman 64 (versi lain karangan Imam Suyuthi) di sebutkan sebagai berikut :
قال الثعلبي كان استواء السفينة علي جبل الجودي يوم عاشوراء وهو العاشر من المحرم فصامه نوح شكرا لله تعالي وامر من كان معه بالصيام في ذلك اليوم شكرا علي تلك النعمة .
ويروي ان الطيور والوحوش والدواب جميعهم صاموا ذلك اليوم ثم ان نوح اخرج ما بقي معه من الزاد فجمع سبعة اصناف من الحبوب وهي البسلة والعدس والفول والحمص والقمح والشعير والارز فخلط بعضها في بعض وطبخها في ذلك اليوم فصارت الحبوب من ذلك اليوم سنة نوح عليه السلام وهي مستحبة.
Imam Al-Tsa'labiy berkata : "Perahu nabi Nuh a.s. mendarat sempurna disebuah gunung bertepatan tanggal 10 muharam / hari 'Asyuro, maka nabi Nuh a.s. melakukan puasa pada hari itu dan memerintahkan kepada kaumnya yang ikut dalam perahunya untuk melakukan puasa pada hari 'Asyura sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Dan diriwayatkan bahwa seluruh binatang dan hewan yang ikut dalam perahu nabi Nuh a.s. juga melaksanakan puasa. Kemudian nabi Nuh a.s. mengeluarkan sisa perbekalan selama terapung dalam kapal, tidak banyak sisa yang didapat kemudian nabi Nuh a.s. mengumpulkan sisa biji-bijian itu, ada tujuh macam jenis biji-bijian dan jumlahnya tdk banyak kemudian disatukan dan dijadikan makanan agar cukup untuk nabi Nuh dan pengikutnya. Dan selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya nabi Nuh a.s. dan kaumnya selalu membuat makanan seperti itu (bubur dalam bahasa kita) pada hari 'Asyuro/10 Muharram.
Beda Daerah Beda Tampilan
Kalau di sebagian daerah Jawa Barat, yang disebut bubur suro adalah dua macam bubur berbahan baku dari beras, yang satu berwarna putih dan satunya lagi diberi warna (tampilan) merah dengan menggunakan gula Jawa (gula aren). Disajikan bersamaan dalam satu wadah. Dan tentu saja membuatnya di Bulan Suro. Kalau di daerah Jawa Tengah (daerah admin khususnya ; Kendal-Kaliwungu) bubur macam itu disebut sebagai bubur abang putih (merah putih). Dan biasanya bubur tersebut dibuat dalam rangka memberi nama bayi yang baru lahir.
Bubur suro ada juga yang membuatnya dari beras, santan, garam, jahe, dan sereh. Yang ditaburi dengan tujuh jenis kacang-kacangan sebagian ada yang digoreng sebagian lagi ada yang direbus. Dengan ditambah lauk opor ayam.
Di daerah admin, yang disebut dengan bubur suro adalah bubur dari beras putih, diberi kuah sambel goreng tahu. Tidak mesti ada kacang-kacangan yang tujuh macam itu. Biasanya tergantung selera yang ingin bersedekah. Kadang telur puyuh, udang, gudril (kulit sapi), petai disertakan dalam kuah sambel goreng tadi, juga krupuk pun kadang ada dalam menu bubur suro. Uniknya adalah, kapanpun makanan itu disajikan (tidak hanya di bulan Suro) orang akan menyebutnya sebagai Bubur Suro.
Di daerah Kendal sekitarnya, bubur suro dibuat setelah memasuki bulan Suro, tidak seperti daerah Jawa Timur yang menjelang tanggal 1 Suro. Setelah tanggal 10 Suro biasanya semakin banyak orang membuat bubur Suro. Semoga saja tradisi ini dapat lestari, karena bubur suro ini bisa dibilang sebagai pusaka budaya yang layak untuk dilestarikan karena dapat merekatkan tali silaturahmi dan persaudaraan, yang semakin hari semakin tergerus oleh modernisasi yang selama ini diidentikkan sebagai gaya hidup individualistis. Terhadap isu yang mengatakan bahwa bubur suro itu bagian dari perilaku syirik, semua tergantung dari niatnya. Seorang kawan mengatakan ; Yang dimaksud musyrik itu adalah bila kita menuhankan benda atau mahluk lain selain Allah s.w.t. Kalau Anda menuhankan jabatan dan kekuasaan, maka Anda musyrik. Bila Anda korupsi karena menuhankan uang, Anda juga musyrik.”
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Post a Comment