Dia dihormati oleh Sufi-Sufi dan disebut penyebab kalbu-kalbu. Dia terkenal dengan kezuhudan dan tindak-tindak peniadaan nafsu diri. Dia alim dalam ilmu tentang waktu (ilmi waqt) dan dalam pengetahuan tentang penyakit-penyakit jiwa, dan mengetahui benar jerat-jeratnya yang tersembunyi. Dia berbicara dengan istilah-istilah yang tinggi mengenai praktek ibadah, dan mengenai perlunya menguasai hati dan anggota badan. Diriwayatkan bahwa dia berkata ; “Bilamana berharap menguasai rasa takut, waktu menjadi tak terasa, karena waktu melestarikan keadaan (hal), yang hanya terlestarikan sepanjang orang direnggut rasa takut.”
Jika, dipihak lain rasa takut menguasai harapan, kepercayaan kepada tauhid hilang, karena rasa takut yang berlebihan terbit dari hilangnya harapan dan hilangnya harapan akan Tuhan adalah syirik. Karena itu, kepercayaan kepada tauhid terkandung dalam harapan yang benar, dan waktu akan terasa dalam rasa takut yang benar, dan keduanya maujud bilamana ada kesamaan antara harap dan takut. Kepercayaan akan tauhid menjadikan seseorang beriman (mukmin), sementara menjaga waktu menjadikan seseorang taat (muthi’).
Harapan sepenuhnya berkaitan dengan kontemplasi (musyahadat), yang di dalamnya terdapat keyakinan yang kukuh (I’tiqod) ; Dan takut sepenuhnya berkaitan dengan penyucian (mujahadat), yang di dalamnya terlibat kegelisahan (idhtirab). Kontemplasi adalah buah penyucian, atau untuk mengungkapkan gagasan yang sama dengan cara yang berbeda, setiap harapan adalah hasil dari keputus asaan. Kapan pun seorang manusia, disebabkan oleh tindakan-tindakannya, putus asa akan kesejahteraan masa depannya, maka hilangnya harapan itu menunjukkan kepadanya jalan menuju keselamatan dan kesejahteraan serta kasih sayang Ilahi, dan membukakan baginya pintu kegembiraan, dan membersihkan godaan-godaan nafsu dari kalbunya, dan menyingkapkan kepadanya rahasia-rahasia Ilahi.
Ahmad Bin Abil Hawari meriwayatkan bahwa pada suatu malam, di kala dia bersembahyang sendirian, dia merasakan kesenangan yang amat besar. Esoknya dia memberitahu Abu Sulayman, yang menjawab ; “Engkau seorang manusia yang lemah, karena engkau masih memandang manusia, maka engkau adalah satu hal dalam kesendirian, dan hal lain dalam khalayak ramai.” Tiada sesuatu di dua dunia yang cukup penting untuk menjauhkan manusia dari Tuhan. Bilamana mempelai wanita terlihat oleh orang banyak, alasannya ialah agar setiap orang bisa melihatnya dan agar dia semakin dihormati, tetapi tidaklah tepat kalau agar dia melihat siapapun kecuali mempelai pria, karena dia akan mendapatkan aib dengan melihat orang lain. Jika manusia hendak melihat keagungan kesalehan orang saleh tidak ada buruknya baginya, tetapi jika dia melihat keagungan kesalehannya sendiri, dia akan binasa.”
Dikutip dari Kasyful Mahjub oleh Al-Hujwiri