Siapa yang tidak ingin dan tidak mau, jika ada yang menawarkan solusi untuk bisa cepat naik haji. Bahkan dengan biaya yang sangat mahalpun orang mau menempuh cara cepat naik haji. Bayangkan saja jika mendaftar ibadah haji lewat jalur resmi, maka sepuluh tahun-nan lagi (bahkan ada daftar tunggu yang mencapai 32 tahun, Kabupaten Sidrap – Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan) kita baru bisa berangkat.
Ibadah haji saat ini dipandang sebagian masyarakat kita bukan saja sebagai sebuah ritual ibadah salah satu rukun Islam yang ke lima saja, tetapi juga merupakan sesuatu yang akan meningkatkan status sosial seseorang. Itulah mengapa banyak orang yang sudah mempunyai cukup uang mau melakukan apa saja untuk bisa cepat melakukan ibadah haji. Di saat seperti itu ada beberapa orang yang melihat peluang untuk mendapatkan keuntungan dari situasi seperti itu, menawarkan cara cepat naik haji, walaupun dengan cara-cara yang ilegal.
Di masyarakat kita gelar haji yang dilekatkan pada seseorang yang telah melakukan ibadah haji seakan menjadi sebuah keharusan. Hal seperti ini seakan sudah merupakan peraturan tidak tertulis yang sudah disepakati oleh semua pihak. Di masyarakat kita timbul kegamangan memanggil seseorang dengan nama aslinya saja, jika orang tersebut sudah berhaji. Yang terjadi adalah, orang yang sudah berhaji biasanya panggilannya berubah menjadi “Ji …” Mungkin inilah yang membuat orang merasa “wah…” ketika nama panggilan aslinya sudah berubah menjadi “Ji….”
Cara cepat naik haji yang sedang ramai dibicarakan saat ini adalah berganti paspor negara lain. Kok bisa? Namanya orang Indonesia, semua bisa. Kita ini memang dikenal sangat cerdik dalam melihat suatu celah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kita (kalau di masyarakat Jawa disebut sebagai "pinter ngakali"), apalagi di sana terlihat sebuah keuntungan finansial yang sangat menjanjikan. Dengan memanfaatkan sisa kuota negara tersebut, maka yang harus dikerjakan adalah mengurus syarat-syarat administrasinya. Ketika sudah dipetakan langkah-langkah apa saja yang mesti dikerjakan dan peluang keberhasilannya 90 persen umpamanya, maka tinggal ditawarkan kepada orang-orang yang berduit lebih yang ingin segera menyandang gelar haji. Maka “klik” lah dua kepentingan tersebut.
Cara cepat naik haji memang dambaan setiap orang. Tetapi kan tidak harus melakukan cara-cara yang tidak elok (apalagi di mata orang-orang kafir). Yang dikhawatirkan adalah konotasi Islam yang dikaitkan dengan hal-hal yang selalu negatif, padahal itu hanya ulah beberapa oknum saja. Lalu bagaimana kualitas haji yang seperti itu? Wallahu a'lam.
0 komentar:
Post a Comment