Abul Hasan Sari Bin Mughallis Al-Saqathi

Dia adalah paman Junayd dari pihak ibunya. Dia benar-benar piawai dalam semua ilmu dan terkemuka dalam tasawuf, dan orang pertama yang telah mencurahkan perhatian untuk menata maqam-maqam (maqamat) dan untuk menerangkan “keadaan-keadaan” ruhani (ahwal). Kebanyakan syaikh di Irak adalah murid-muridnya. Dia bersahabat dengan Habib Ra’i dan murid Ma’ruf Karkhi. 

Dia biasa berjualan di pasar di Baghdad. Ketika pasar ditelan api, dia diberitahu bahwa tokonya terbakar. Dia menjawab : “Maka aku terbebaskan dari memperhatikannya.” Ternyata tokonya tidak terbakar, meskipun semua toko di sekelilingnya hancur luluh. Demi melihat keadaan ini, Sari memberikan semua yang dia miliki kepada orang-orang miskin dan memilih jalan tasawuf. Ketika ditanya bagaimana awal terjadinya perubahan dalam dirinya, dia menjawab : “Suatu hari, Habib Ra’i lewat di depan tokoku. Aku memberinya kulit roti untuk diberikan kepada orang miskin. Dia berkata kepadaku, ‘Semoga Allah memberimu pahala!’ semenjak mendengar doa ini, urusan-urusan duniawiku tak pernah menguntungkan lagi.” 

Abul Hasan Sari Bin Mughallis Al-Saqathi

Diriwayatkan bahwa Sari berkata : “Ya Tuhan, apa pun hukuman yang mungkin Engkau timpakan kepadaku, jangan hukum daku dengan kehinaan tertabiri dari-Mu,” sebab jika aku tidak tertabiri dari-Mu, siksaan dan penderitaanku akan menjadi ringan dengan mengingat dan merenungi diri-Mu; tetapi jika aku tertabiri dari-Mu, bahkan kemurahan-Mu akan terasa gersang bagiku. Tiada hukuman di neraka yang lebih pedih dan keras dirasakan daripada tersiksa karena tertabiri. Jika Tuhan tampak dalam pandangan penghuni neraka, orang-orang mukmin yang berdosa tak akan berpikir tentang surga karena melihat Tuhan akan membuat mereka sedemikian gembira sehingga mereka tak akan merasakan kepedihan badaniah. Dan di surga tak ada kesenangan yang lebih sempurna daripada keadaan tak tertabiri (kasyf). Jika penghuni surga menikmati semua kesenangan di tempat itu dan kesenangan-kesenangan lain yang seratus kali lipay, tetapi tertabiri dari Tuhan, hati mereka akan sangat merana. 

Karenanya sudah menjadi hukum Tuhan bahwa hati orang-orang yang mencintai-Nya mempunyai penglihatan akan Dia selalu, sehingga kenikmatan penglihatan tersebut membuat mereka dapat menanggung setiap bencana; dan mereka mengatakan : “Kami pandang semua siksaan lebih menyenangkan daripada tertabiri dari-Mu. Bilamana keindahan-Mu tersingkapkan bagi hati kami, kami takkan berpikir tentang penderitaan.”

Dikutip dari "Kasyful Mahjub" Oleh Al-Hujwiri
Suara Tokoh21
Suara Tokoh Updated at: 6:59 PM
Abul Hasan Sari Bin Mughallis Al-Saqathi | Suara Tokoh | 5