Dalam kitabnya yang sangat masyhur, Al Hujwiri menggambarkan Abu Turab ‘Askar bin Al-Husayn Al-Nakhsyabi Al-Nasafi sebagai sosok yang terkenal dengan kemurahan hatinya, kezuhudannya serta kesalehannya. Dia adalah salah seorang Syaikh kepala di Khurasan. Menurut Al-Hujwiri Abu Turab ‘Askar bin Al-Husayn Al-Nakhsyabi Al-Nasafi ini telah memperlihatkan banyak karamah dan mengalami penjelajahan menakjubkan yang tidak terbilang di padang pasir dan di tempat lainnya. Dia adalah salah seorang pengembara yang paling terpandang di kalangan kaum Sufi dan biasa menyebrangi padang pasir yang sepenuhnya terlepas dari hal-hal duniawi. Dia meninggal di padang pasir Basrah. Setelah bertahun-tahun dia ditemukan berdiri tegak dengan mukanya menghadap Ka’bah, jasadnya menering, dengan sebuah ember di depannya dan sebuah tongkat di tangannya; dan binatang-binatang buas tidak berani mendekatinya.
Diriwayatkan bahwa dia berkata: “Makanan darwisy ialah apa yang ia dapati, dan pakaiannya adalah apa yang menutupi badannya, dan tempat tinggalnya ialah di mana ia berada,” yakni dia tidak memilih-milih makanannya atau bajunya, atau membuat rumah bagi dirinya. Seluruh dunia didukakan oleh ketiga hal ini, dan inisiatif pribadi di dalamnya membuat kita senantiasa kusut pikir (Masyghul) sedangkan kita berusaha mendapatkan hal-hal itu. Ini adalah aspek praktis dari hal itu; namun dalam pengertian mistis, makanan darwisy adalah ekstasi, dan pakaiannya adalah taqwa, serta tempat tinggalnya adalah Al-Ghayb, sebab Allah berfirman, “Jika mereka berdiri teguh di jalan yang lempang (kebenaran), kami akan membasahi mereka dengan hujan berlimpahan”(Q.S. 72:16). Dan lagi, “dan pakaian indah untuk perhiasan, tetapi pakaian taqwa, itulah yang lebih baik”(Q.S. 7:26) dan Rasul bersabda, “Kefakiran adalah tinggal di dalam Al-Ghayb.”
Dikutip dari Kasyful Mahjub karangan Al-Hujwiri