Terkuak bahwa vaksin yang selama ini diberikan kepada anak-anak balita kita adalah palsu. Terungkapnya kasus vaksin palsu ini berawal dari temuan oleh penyidik Subdirektoral Industri dan Perdagangan Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Yang membuat gemas berbagai kalangan adalah bahwa vaksin yang dipalsukan ini telah beredar di masyarakat dan telah berlangsung sejak tahun 2003, kontan saja berita ini sangat mengejutkan masyarakat.
Apapun dampak yang dialami oleh anak karena pemberian vaksin palsu ini, jelas perbuatan ini telah melecehkan hukum dan kemanusiaan. Sulit dinalar bagaimana pemalsuan vaksin ini bisa berlangsung sangat lama tidak terbongkar oleh kalangan medis sendiri. Bayangkan tiga belas tahun lamanya kejahatan ini baru terbongkar. Sudah berapa ribu anak-anak balita kita menjadi korban penipuan ini. (tidak mendapatkan sesuatu yang seharusnya ia dapatkan).
Seperti yang dirilis di Kompas, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan, menyatakan bahwa vaksin palsu ini tidak berdampak serius terhadap penerimanya. Vaksin tersebut menurutnya berbahan dasar campuran cairan infus dan gentacimin (obat antibiotik). "Iya memang, cairan infus itu kan sudah biasa dipakai oleh tubuh, antibiotik itu juga biasa dipakai oleh tubuh, ya reaksinya sih sangat minimal," Katanya.
Tetapi Aman selanjutnya juga mengatakan : "Kecuali dia (penerima) alergi, paling ya cuma bisa bengkak di tempat suntikan, bisa alergi, bisa gatal," tutur Aman.
Menurut Aman, dampak paling buruk yang akan terjadi pada penerima adalah adanya infeksi. Namun, infeksi yang diterima korban tidak berlangsung lama.
"Bisa infeksi kalau nggak steril. Tapi infeksi itu akan terjadi biasanya tidak lama. Maksudnya dalam beberapa waktu setelah itu akan terjadi infeksi, tentunya reaksinya itu nggak sampai lama bisa 2 hari sampai 1 minggu setelah vaksinasi itu," tutur Aman. (Kompas)
Menurut Presiden Joko Widodo, kasus pemalsuan vaksin ini sunnguh sebagai kejahatan yang luar biasa. Presiden meminta pemalsu vaksin ini dan seluruh yang terlibat di dalamnya diberikan hukuman seberat-beratnya, agar kasus serupa tidak terulang lagi.
Senada dengan Presiden Joko Widodo, Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi juga berharap para pelaku dan sindikat penyebaran vaksin palsu ini diberi hukuman berat. "Kita bandingkan saja dengan narkoba. Narkoba kan merusak kehidupan generasi muda. Saya rasa kalau narkoba bisa hukuman mati, kenapa ini (kasus vaksin palsu) tidak?" kata Seto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Berikut adalah komentar para netizen terkait vaksin palsu :
Danang Eko SB
@krisna.noval ilmiah?? bro, skrg saya tanya situ beli part kendaraan palsu bisa tahan brp lama?? skrg ini vaksin buat proteksi tubuh bahannya ngk jelas, diinjek ke tubuh.. hasilnya apa? coba jawab sendiri dgn analogi part tadi :)
Pernyataan vaksin palsu tidak berdampak serius ?ITS FOOL. Apa mereka udah cek detail kandungannya? sumber bahannya? jangan asal njeplak kalo ngomong deh. Sekarang dinalar sederhana aja, sesuatu yg pake bahan PALSU ketahanan apa bisa bagus? ini tubuh anak2 kecil loh.. ngawur ae..
tuanMalam
Zay Maestrolive
Wah ... ko dokter ngomong nya gitu,, sebagai orang tua sy geram dg adanya vaksin palsu, udah pasti anak2 kena dampaknya, terus sebagai masyarakat sy benar2 merasa ditipu dicurangi , sama pelaku #hukummati pembuat vaksin palsu
ronaro
Sangat tidak bijak tak bermoral ketua IDI ini, saat pemerkosa akan disuntik kebiri melarang dokter menyuntikannya, saat vaksin palsu disuntikan kepada balita dikatakan tak berdampak serius. Dimana letak moral etika kedokteran negeri ini. Selidiki keterlibatan IDI.
krisna noval
maksud dokternya, TETAP MELARANG DAN MENGUTUK KERAS, terhadap vaksin palsu yg berisi zat infus dan antibiotik ini. ini pernyataan ilmiah. lain halnya kalo berisi racun misalnya, tentu akan dijelaskan sangat berbahaya dan mematikan. ini pernyataan ilmiah, bukan pembelaan. ayo yang cerdas
Farhan Ihram
Dari Cara ngomongnya kyk gak terlalu peduli sama keberadaan vaksin palsu. Kesehatan itu gak boleh di tolerans woiii.. juga walaupun gak ada efek samping masyarakat jadi rada paranoid, yg gawatnya bayi yg dikasih vaksin palsu Masih belum immune Dari penyakit kayak campak
Widi
IDI ni dah gila apa ya ? Vaksin palsu ok ga berbahaya tapi dampaknya itu lhooo . Sebagai ibu yg punya balita yg lahir di tahun 2014 membuat saya jadi was2 . Perlukah anak saya di vaksin ulang ? Bagaimana sy tau anak sy kena vaksin palsu ap ga ?
Raden Gardiaputra
Apresiasi tinggi untuk penyidik dr kepolisian yang mampu mengembangkan kasus hingga produsen dan jari tengah serta jempol kebawah untuk bpom dan dinkes yg harusnya berperan aktif dalam tindakan preventif untuk mencegah hal-hal semacam ini terjadi.
Kujang Rider
Dampak vaksin palsu mungkin minimal, trus kalo anak terserang polio, hepatitis gimana? Odob koq diplihara. Skarang kudu data dan imunisasi ulang gratis. Dasar biadab..
Christ William
justru ini dampaknya sangat mengerikan, seorang anak yg harusnya mendapatkan dampak perlindungan thp penyakit2 berbahaya seperti hepatitis,tbc,dll jadi tidak ada dan menjadi pertanyaan apakah selama ini kita memberikan imunisasi yg asli atau palsu kepada anak kita? bagaimana cara mengetahuinya?
SI3AMA
Tanggapan IDI bahwa dampak Vaksin Palsu adalah kecil, sunggung memprihatinkan. Kita tau itu hanya untuk menutupi tanggung jawab para dokter dan para medis yang menyuntikkan ke anak-anak atau balita.....hancur...hancur...hancur..anak-anak Indonesia..
Statement dari seorang Menteri Kesehatan, sungguh me,mprihatinkan, menganggap remeh tentang dampak Vaksin Palsu, yang jelas anak-anak yang jadi korban tidak mendapatkan Vaksin sesungguhnya. Kalau memang tidak berdampak, untuk apa anak-anak harus di Vaksin?? Ganti saja itu Menterinya
Vincent
hmm.. isi dari vaksin palsu yang mereka buat adalah gentamicin dan cairan infus yang sama sekali tidak berbahaya.. hanya saja anak tidak memperoleh kekebalan. tidak perlu sampai hukuman mati lah, cukup 20 tahun atau seumur hidup. kalo mengakibatkan kematian ato cacat permanen baru hukum mati.
Dari berbagai sumber
0 komentar:
Post a Comment