Tahun politik semakin membuat tensi dua kubu, oposisi dan pemerintah semakin panas. Ada saja hal yang membuat hal kecil menjadi besar karena memang dibesar-besarkan. Tak urung waktu kita banyak tersita untuk mengurusi hal-hal yang sepele, padahal kita bangsa Indonesia tengah berada di pusaran krisis ekonomi global, yang berimbas pada turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Belum lama berselang, ada usulan debat pilpres menggunakan bahasa Inggris. Tidak lama setelah itu, yang cukup menjadi perhatian masyarakat adalah pemberian gelar terhadap calon wakil presiden dari kubu Prabowo, yaitu gelar Santri Post Islamisme dan gelar ulama yang dilontarkan oleh Hidayat Nur Wahid, yang menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Syuro PKS. Yang terakhir inilah yang memicu polemik soal gelar ulama untuk Sandiaga Uno. Seperti telah banyak dilansir berbagai media, menyangkut pemberian gelar ulama terhadap Sandiaga Uno, berikut pernyataan HNW ;
"Jadi orang yang berilmu dalam bidang ilmu apapun kemudian menghadirkan sikap hidup yang tidak arogan tapi tawaduk melaksanakan ajaran Allah SWT gitu, takut pada Allah, takut melanggar aturan Allah, tidak melakukan perilaku yang mungkar. Kita liat Pak Sandi melakukan semuanya. Orangnya santun, melaksanakan ajaran agama dengan baik, dan sunah-sunah pun dilaksanakan minus poligami dan beliau juga perilakunya menghormati ulama itu perilakunya para ulama. Jadi kalau kemudian definisi ulama dikembalikan kepada Al-Quran maka kategori itu masuk," Menurut HNW, Sandiaga memiliki kepribadian yang sesuai dengan kategori ulama di Alquran. Mulai dari rajin melakukan ibadah sunah, santun, tawaduk, tidak berperilaku mungkar, dan berilmu.
Tidak menunggu lama pernyataan HNW mendapat tanggapan kontra, bahkan dari mantan kader se partainya yaitu Fahri Hamzah. Kurang lebih Fahri Hamzah mengatakan bahwa Sandiaga tidak dapat disebut sebagai ulama, kalau pedagang ya. Repot jadinya kalau pedagang disebut sebagai ulama. Berikut kata Fahri Hamzah ketika mengomentari masalah pemberian gelar ulama Sandiaga, ketika diwawancarai di gedung DPR. "Makna kata ulama itu sendiri adalah ilmuwan. Ilmuwan itu ya ilmuwan, bukan apa namanya, pedagang, gitu. Sandi itu pedagang, namanya tajir kalau di dalam bahasa orang kampung kita itu, tajir. Ya bukan ulama lah. Kalau ulama kan dia sekolah agama di mana, dia hapal Alquran berapa ayat, dia hapal hadist berapa ayat. Ilmuwan itu ada kesetiaan kepada ilmu,"
Lalu bagaimana tanggapan para netizen terhadap pemberian gelar ulama pada Sandiaga Uno ini. Berikut adalah rangkuman para netizen menangggapi masalah ini :
@Daeng Alwi
Yg penting jokowi 2 periode.. Ap pun gelar sandi..gk penting dn gk akan memajukan NKRI..
@Tupaemon
Sejujurnya sih masih heran.. kenapa ya bukan prabowo yang dikasih gelar ulama.. kan ceritanya kalo capres ulama bakal digoreng lebih asyik kalo lawannya bukan capres ulama sama kelompok 212 dan saracen.. apalagi ada tambahan buni yani.. usahanya lebih banyak poles image sandiaga uno dibanding poles image prabowo.. why? Apa prabowo sudah dianggap mantap? Apa karena sebaliknya dianggap hopeless? Atau sama kaya pilkada dki? Yang punya duit yang berkuasa? Makanya kaya di dki, anies ga kelihatan, cuma kaya jadi bayangan sandiaga uno
@Haryo Setyaki
Bntr lg diberi gelar KH Sandi uno
@Maedi Irvan
Tanya dewi persik, apakah Sandi sdh layak disebut ulama?� Kata pekaes ya... Luar biasa
@Friska
Inilah politik. Segala sesuatu bisa dibenarkan demi untuk kepentingan kelompoknya. Bahkan agama pun dengan mudahnya dipermainkan dan diperdagangkan seenaknya. Semoga negara ini tidak jatuh ke tangan kelompok mereka. Amin.�
@Mas Peyok
Sesuai kriteria secara paksa agar sejalan dg ijtima ulama 2, padahal ada ulama sejati yg sudah dipilih menjadi wakil pemimpin negeri. Semoga rakyat bisa memahami, akal2an politik SARA yg hanya untuk kepentingan pribadi. Percaya dengan calon pemimpin negeri seperti ini ? Tanya hati nurani
@Ahmad Ade
Secara terminologi, benar kok. hanya saja hnw mencoba melepaskan penyebutan ini dengan Konteks Indonesia. Bahwa di Indonesia pengertian Ulama sudah mengalami unifikasi sedemikian rupa dalam bahasa Indonesia, sehingga maknanya menyempit dan spesifik ke Ahli dalam ilmu Islam saja. sama kaya yang awalnya pengawal fatwa Ulama sekarang sudah jadi ulama semua tuh..
Sumber : Detik.com dan berbagai sumber
Gambar : Wikipedia
0 komentar:
Post a Comment