Jadikan Ramadhan Bukan Teror Bagi Penganut Agama Lain

Bulan Ramadhan telah tiba. Bulan yang penuh berkah. Bulan yang mendatangkan kebahagiaan bagi seluruh umat Islam. Bagaimana tidak. Di bulan Ramadhan lah pahala amal ibadah kita akan dilipatgandakan. Di bulan Ramadhan juga ada malam lailatul qadar, yang dalam Al Qur’an disebut sebagai suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Kita umat Islam sepakat mengenai hal-hal tersebut. Jadi sudah seharusnyalah umat Islam untuk memulyakan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Menyebarkan berkah Ramadhan ke segenap masyarakat di sekitar lingkungan kita, jangan jadikan bulan Ramadhan sebagai datangnya teror bagi masyarakat khususnya penganut agama lain. Kok teror? Apa hubungannya Ramadhan dengan teror? Apa gegara kejadian di Surabaya itu?
Bulan Ramadhan telah tiba. Bulan yang penuh berkah. Bulan yang mendatangkan kebahagiaan bagi seluruh umat Islam. Bagaimana tidak. Di bulan Ramadhan lah pahala amal ibadah kita akan dilipatgandakan. Di bulan Ramadhan juga ada malam lailatul qadar, yang dalam Al Qur’an disebut sebagai suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Kita umat Islam sepakat mengenai hal-hal tersebut. Jadi sudah seharusnyalah umat Islam untuk memulyakan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Menyebarkan berkah Ramadhan ke segenap masyarakat di sekitar lingkungan kita, jangan jadikan bulan Ramadhan sebagai datangnya teror bagi masyarakat khususnya penganut agama lain. Kok teror? Apa hubungannya Ramadhan dengan teror? Apa gegara kejadian di Surabaya itu?

Sama sekali bukan. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kejadian yang di Surabaya itu. Juga tidak ada hubungannya dengan paham radikal yang kian hari kian mengkhawatirkan perkembangannya. Ini kejadian sudah berlangsung lama dan sudah menjadi tradisi,  yaitu tradisi othek-othek (Semarangan). Yaitu tradisi membangunkan orang tidur untuk melakukan makan sahur. Sejauh wajar dan tidak berlebihan, tradisi othek-othek ini masih dapat diterima kehadirannya. Walaupun untuk saat ini, tradisi macam ini sudah waktunya untuk dijadikan kenangan. Di jaman sekarang tiap orang hampir dapat dipastikan punya HP, yang dapat dengan mudah untuk dipakai sebagai alarm untuk membangunkan diri dari tidur.

Yang menjadi masalah dari tradisi ini adalah ulah para pelaku yang sebagian besar anak-anak dan remaja yang tidak bertanggung jawab. Ini kejadian nyata di kampungku. Macam-macam yang dilakukannya, dari melempar petasan ke depan pintu orang, melempar batu ke rumah orang, mematikan aliran listrik rumah orang, menumpahlan botol galon air minum yang di teras rumah, mengambil sandal milik penghuni rumah dan lain-lain. Mereka melakukan itu semua dengan menggunakan alibi oprek-oprek. Bukankah ini sebuah teror tersendiri bagi masyarakat yang ingin khusu’ beribadah di malam hari.  Yang menjadi kekhawatiran admin adalah apa yang akan terjadi, jika itu dilakukan kepada orang yang kebetulan beragama lain.  Membayangkannya saja ngeri. Masih teringat dulu sekitar tahun 80-an di Pekalongan sampai menimbulkan korban nyawa gegara tradisi ini. Penyebabnya adalah segerombolan orang yang melakukan othek-othek di daerah Pecinan (kampung keturunan Tionghoa).

Ramadhan itu bulan penuh berkah. Kita harus yakinkan seluruh masyarakat yang berbeda agama dengan kita bahwa itu memang benar melalui tindakan-tindakan kita. Tetapi kalau yang terjadi seperti cerita di atas, kita tidak boleh marah jika orang lain berkata sebentar lagi teror itu akan datang kembali.

Artikel di atas pernah dimuat di Kompasiana dengan judul '
Jangan Jadikan Bulan Ramadhan Teror Bagi Penganut Agama Lain

Suara Tokoh21
Suara Tokoh Updated at: 3:35 AM
Jadikan Ramadhan Bukan Teror Bagi Penganut Agama Lain | Suara Tokoh | 5

0 komentar:

Post a Comment